dr. Winra Pratita Ingatkan Bahaya Mengandalkan Media Sosial untuk Info Gizi Anak

oleh -12 Dilihat
oleh
dr. Winra Pratita Ingatkan Bahaya Mengandalkan Media Sosial untuk Info Gizi Anak

dr. Winra Pratita, Sp.A(K), M.Ked(Ped) adalah dokter spesialis anak sekaligus konsultan nutrisi dan penyakit metabolik. Lulusan Universitas Sumatera Utara ini menjabat sebagai lektor di Fakultas Kedokteran USU dan berpraktik di Columbia Asia Hospital Medan serta RSUP H. Adam Malik.

Sebagai anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Winra aktif memberikan edukasi seputar MPASI, pencegahan stunting, dan pentingnya asupan protein hewani bagi balita dan ibu hamil.

Risiko Mengandalkan Media Sosial

Di era digital, informasi parenting dan gizi anak mudah diakses lewat Instagram, Facebook, atau forum daring. Namun, menurut dr. Winra, terlalu bergantung pada media sosial justru bisa menimbulkan tekanan bagi orang tua.

“Kadang ibu-ibu merasa khawatir, apakah yang mereka berikan ke anak sudah sesuai atau tidak, apalagi kalau dibandingkan dengan cerita di Instagram atau media sosial lainnya,” jelasnya dalam webinar, Selasa (12/8/2025).

Fenomena ini, kata dr. Winra, sering membuat orang tua ragu pada pilihan sendiri, terutama dalam memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

MPASI Kemasan Pabrikan Bukan Selalu Buruk

Salah satu topik yang sering menimbulkan perdebatan adalah soal bubur MPASI kemasan. Banyak yang mengira produk ini berbahaya karena mengandung pengawet atau gula tambahan.

Padahal, menurut dr. Winra, MPASI pabrikan yang bersertifikat BPOM sudah memenuhi standar keamanan pangan, higienis, dan difortifikasi sesuai standar Codex internasional.

“Kalau sudah ada label BPOM berarti sudah diteliti dan sesuai peraturan. Standar internasional untuk makanan bayi menjamin produk tersebut aman, higienis, dan adekuat,” tegasnya.

MPASI pabrikan unggul dari sisi kepraktisan dan konsistensi rasa, sementara MPASI buatan rumah menawarkan fleksibilitas bahan segar, tetapi memerlukan waktu dan keterampilan memasak yang lebih.

Meluruskan Mitos Alergi Protein Susu Sapi

Topik lain yang sering disalahpahami adalah alergi protein susu sapi. Banyak orang tua mengira kondisi ini berarti anak tidak boleh mengonsumsi daging sapi sama sekali.

Menurut dr. Winra, alergi protein susu sapi hanya berarti bayi harus menghindari produk olahan susu seperti keju, yoghurt, atau mentega, bukan daging sapi itu sendiri.

Ia juga menyarankan agar sumber protein hewani diperkenalkan satu per satu untuk memantau kemungkinan reaksi alergi.

Kembali ke Sumber Tepercaya

dr. Winra mengingatkan, referensi utama seputar gizi anak sebaiknya berasal dari dokter anak, IDAI, atau lembaga kesehatan resmi. Media sosial bisa menjadi sumber tambahan, tetapi tidak boleh dijadikan patokan tunggal.

Dengan informasi yang akurat, orang tua dapat menghindari kesalahan pola makan anak sekaligus membangun rasa percaya diri dalam mengasuh generasi masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.